Senin, 15 Juni 2015

Pengembangan Pemb. MTK SD_LKS Teori Dienes

PGSD UNEJ



TUGAS MATAKULIAH: PENGEMBANGAN PEMB. MTK SD
NAMA: WIDYANING TYASTUTIK
NIM: 120210204032





Lembar  Kegiatan Siswa
(Permainan Bebas)

Standar Kompetensi        : 6. Menggunakan sistem koordinat dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar           : 6. 1 Membuat denah letak benda
Indikator                         : Siswa dapat menggambar denah rumah
Kelas/semester                : VI/II
Sekolah                           :  ......................................................
Nama                               : ......................................................                                   
Alat yang diperlukan:
·         Kerikil

Langkah Kerja:
·         Buatlah denah rumah sesuai dengan keinginan kalian menggunakan kerikil!

Soal:
1.      Gambarlah denah rumah yang sudah kalian buat!
Jawab:















2.      Di sebelah manakah letak kamarmu dari dapur?
Jawab  : ..........................................................................

3.      Di sebelah mana letak ruang tamu?
Jawab  : ..........................................................................
Lembar  Kegiatan Siswa
 (Permainan menggunakan aturan)

Standar Kompetensi        : 2. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar           : 2.2 Memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya (meteran, timbangan atau jam)
Indikator                         :  Siswa dapat memilih alat ukur panjang
Kelas/semester                : III/I
Sekolah                           : ......................................................
Kelompok                       : ........................................................
Nama Anggota                : 1.....................................................
                                          2.....................................................
                                          3.....................................................
                                          4.....................................................
                                          5....................................................

Alat yang diperlukan:
·         Roll meter
·         Timbangan
·         Jam
·         Batok kelapa
·         Tali

Langkah Kerja:
·         Siapkan semua alat yang akan digunakan.
·         Satu kelas dibagi menjadi 5 kelompok.
·         Setiap kelompok dipilih satu orang untuk mewakili bermain “batok kelapa” di luar kelas.
·         Batok kelapa di rangkai dengan tali.
·         Siswa yang menjadi perwakilan, melepas sepatu dan kaos kakinya lalu menjepit tali batok kelapa diantara jempol dan telunjuk kaki.
·         Semua peserta akan berjalan lurus ke depan selama 1 menit.
·         Jika waktu permainan selesai, semua peserta meninggalkan permainan dengan meletakkan batok kelapa sesuai dengan jarak yang sudah didapat.
·         Beri nama kelompok pada masing-masing batok kelapa.
·         Pilihlah alat ukur yang sesuai untuk mengetahui kelompok mana yang menjadi pemenangnya.
·         Penentuan pemenang berdasarkan panjang jarak lintasan batok kelapa yang sudah ditempuh.


Soal:
1.      Dari hasil pengamatan yang kalian lakukan, gambarlah letak batok kelapa hasil dari permainan yang telah kelompok kalian lakukan!
Text Box: Garis kemenangan

Jawab:

 
















2.      Alat ukur apa yang kalian gunakan dalam menenentukan panjang lintasan batok kelapa?
Jawab  : ..........................................................................

3.      Setelah kalian mengukur panjang lintasan batok kelapa, berapa hasil yang kalian dapat dari masing-masing kelompok?
Jawab  :
Kelompok 1 = .................................................................
Kelompok 2 = ................................................................
Kelompok 3 = ................................................................
Kelompok 4 = ................................................................
Kelompok 5 = ................................................................

4.      Kelompok berapa yang menang dalam permainan batok kelapa?
Jawab  : ..........................................................................

5.      Kelompok berapa yang kalah dalam permainan batok kelapa?
Jawab  : ..........................................................................











Lembar  Kegiatan Siswa
 (Permainan kesamaan sifat)

Standar Kompetensi        : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun
Kompetensi Dasar           : 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
Indikator                         : -Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar
  -Siswa dapat menyebutkan persamaan antar bangun datar
Kelas/semester                : V/II
Sekolah                           : ......................................................
Kelompok                       : ........................................................
Nama Anggota                : 1......................................................
                                          2.....................................................
                                          3.....................................................
                                          4.....................................................
                                          5....................................................

Alat yang diperlukan:
·         Bentuk-bentuk bangun datar yang terbuat dari kayu
·         Kantong plastik hitam

Langkah Kerja:
·         Siapkan semua alat yang dibutuhkan.
·         Satu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.
·         Semua bentuk bangun datar dijadikan satu dalam kantong plastik hitam
·         Semua siswa ke lapangan sekolah.










·        
Kel. 1
 
Kantong plastik berisi bangun datar di letakkan di tengah lapangan, setiap kelompok berbaris sesuai dengan gambar dibawah ini:

Kel. 4
 
Kel. 2
 
 








Kel. 3
3
 
 







·         Permainan akan dilaksanakan selama 5 menit.
·         Pemain pertama adalah siswa yang paling dekat dengan kantong plastik.
·         Pemain kedua adalah siswa dibelakang pemain pertama, dan seterusnya.
·         Ketika aba-aba mulai diteriakan guru, pemain pertama akan berlari mengambil satu bangun datar yang ada pada kantong plastik lalu berlari ke barisan paling belakang kelompoknya.
·         Setelah pemain pertama sudah berada di barisan paling belakang kelompoknya, pemain kedua berlari mengambil bangun datar lagi dan seterusnya sampai semua anggota kelompok memegang bangun datar.
·         Antar pemain satu kelompok tidak boleh memegang bangun datar yang sama.
·         Kelompok yang paling banyak mendapatkan bangun datar selama waktu yang ditentukan (2 menit) dinyatakan menang atau kelompok yang menyelesaikan permainan paling cepat.








Soal:
1.      Apa saja nama bangun datar yang kelompok kalian dapatkan?
Jawab        : ..........................................................................
2.      Apa saja sifat-sifat bangun datar yang kelompok kalian dapatkan?
Jawab        : ..........................................................................
3.      Bangun datar apa saja yang mempunyai sifat sama?
Jawab        : ..........................................................................



Strategi Pembelajaran SD_





STRATEGI PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR



Oleh Kelompok 4 :
1.             Widyaning Tyastutik         (120210204032)
2.             Kurnia Herawati                (120210204028)
3.             Nova Jessica Vannessa P (120210204030)

KELAS B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2013


STRATEGI PEMBELAJARAN IPA DI SD
A.  Definisi Strategi Pembelajarn
Strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau  kekuatan dalam suatu pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi pembelajaran didalamnya mencakup pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik.
Menurut Sanjaya, (2007 : 126). Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya


B. Komponen Strategi Belajar Mengajar
            Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari sebuah sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin mencapai suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan ketujuh komponen berikut :
  1. Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan yang  dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar berorientasi pada dimensi kognitif.
  2. Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan dalam pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam program pengajaran.
  3. Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap peserta didik. Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun suatu strategi belajar-mengajar yang tepat.
  4. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar.
  5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
  6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan media yang digunakan oleh guru.
  7. Faktor administrasi dan finansial. Termasuk dalam komponen ini ialah jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar, yang juga merupakan hal-hal yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan strategi belajar-mengajar.

C. Jenis – Jenis Strategi pembelajaran
1.) Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:

·         Keunggulan /Kelebihan Strategi Ekspositori
1.      Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2.      Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3.      Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
4.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
·         Kelemahan Strategi Ekspositori
1.      Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
2.      Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
3.      Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4.      Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5.      Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

2.)Strategi Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi mengajar yang mengkombinasikan rasa ingin tahu siswa dan metode ilmiah. Penggunaan strategi ini untuk meningkatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan belajar seperti pada bidang sains. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.
Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui proses merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu itu terus ditumbuhkan untuk meningkatkan semangat bereksplorasi sehingga siswa belajar secara aktif. Adapun keunggulan dan kelemahan dari strategi penbelajaran inquiry yaitu :
·         Keunggulan /Kelebihan Strategi Pembelajaran Inquiry 
1.      Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2.      Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
3.      Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4.      Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

·         Kelemahan Strategi Pembelajaran Inquiry
1.      Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.      Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan siswa dalam beljar.
3.      Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.      Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.

3.)Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
1.      Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM, adalah:
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, TV, dan lingkungan masyarakat.
2.      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa man­faatnya.
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

·         Kelebihan / Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2.      Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.      Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
4.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8.      Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
·         Kelemahan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3.      Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

4.)Strategi Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah. Jadi, dalam SPPKB ini siswa dituntut  untuk mampu berpikir untuk memecahkan masalah yang diajukan.


Dari uraian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung yaitu :
1.      SPPKB adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berikir, artinya tujuan yang ingin dicapai dari metode SPPKB adalah siswa bukan sekedar dapat mengausai sejumlah materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan ide-ide atau gagasan.
2.      Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan anak mendeskripsikan hasil pengamatan terhadap berbagai fakta dan data yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari, memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
3.      Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.

5.)Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model pembelajaran kooperatif, yaitu:
  1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. 
  2. Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa. 
  3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 
  4. siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 
  5. siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 
  6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan pembelajaran kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan guru dan siswa dalam pembelajaran.Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:
siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.
Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif, juga terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.
Thabrany (1993: 94) mengemukakan kelebihan atau keuntungan dan kekurangan kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif yaitu:


1)    Kelebihan pembelajaran kooperatif
Kelebihan model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a)   Dapat mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b)   Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak akan dikalahkan teman-temannya.
c)   Ada tempat bertanya
Kerja secara kelompok, maka ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling melengkapi.
d)  Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.

e)   Dapat membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat. Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak, tentu ini dapat kurang kuat.

2)    Kelemahan model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok 
Kelemahan penerapan model pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a)   Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi  tempat mengobrol. Hal ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar, seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b)   Sering terjadi debat sepele di dalam kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok. Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25 menit  mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya. Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk berdebat hal-hal sepele.
c)   Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran kooperatif di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para anggota kelompok  tidak  menyadari makna kerjasama dalam kelompok. Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun, faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.

6.)Strategi Pembelajaran Konstektual
Contoxtual Teaching Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.  Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
Landasan filosofi Contoxtual Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
·         Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning).
·         Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
·         Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun  (1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.
·         Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge).
·         Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan tersebut 
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
·         CTL menekankan pada keterlibatan siswa dalam menemukan materi yang akan dipelajari melalui proses mengalami secara langsung.
·         CTL mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari denggan situasi di kehidupan nyata agar  proses pembelajaran di sekolah menjadi bermaksa, fungsional, applicable, dan tertanam erat dalam ingatan.
·         CTL mendorong siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan.


Kelebihan Strategi Pembelajaran Konstektual
1.      Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
2.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kekurangan Strategi Pembelajaran Konstektual
1.      Tanggung jawab guru menjadi lebih berat, yaitu bertanggungjawab untuk memahami siswa sesuai dengan proses belajar dan tingkat perkembangannya, serta mengarahkan proses pembelajaran agar tidak keluar dari indikator hasil belajar yang telah ditentukan.

7.)Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan lingkungan keluarga.
Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik.
·         Keunggulan/kelebihan:
a)        Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori dari setiap respons yang diberikan siswa
b)        Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa. Siswa diajak berfikir keras dan harus dapat menjelaskan argumennya secara terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain.
c)        Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya
·         Kelemahan/kekurangan :
a)      Proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual. Sehingga keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran ditentukan oleh kriteria kemampuan kognitif. Akibatnya upaya guru diarahkan kepada bagaimana agar anak dapat mengetahui sejumlah pengetahuan sesuai dengan standard kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk evaluasi yang dilakukan baik evaluasi tingkat sekolah, tingkat wilayah maupun tingkat nasional diarahkan kepada kemampuan anak dalam menguasai materi pelajaran. contohnya pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan yang seharusnya diarahkan kepada tingkat pembentukan moral dan sikap, tapi karena keberhasilannya diukur dari kemampuan intelektual maka evaluasi pun lebih banyak mengukur kemampuan penguasaan materi pelajaran dalam bentuk kognitif.
b)      sulitnya melakukan kontrol karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh faktor guru tetapi juga faktor lain, terutama faktor lingkungan.
c)      keberhasilan pembentukan sikap tidak dapat dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses pembelajaran berakhir. Sementara keberhasilan pembentukan sikap dapat dilihat dengan rentan waktu yang cukup panjang karena sikap berhubungan dengan internalisasi nilai yang memerlukan proses yang lama.
d)     pengaruh kemajuan tekhnologi, khususnya kemajuan tekhnologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita pungkiri, program televisi , misalnya yang banyak menanyangkan program acara produksi luar yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Maka secara perlahan tapi pasti budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya lokal merembes dalam setiap relung kehidupan, menggeser nilai-nilai lokal sebagai nilai luhur yang mestinya ditumbuhkembangkan, sehingga pada akhirnya membentuk norma baru yang mungkin tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat yang berlaku.







KESIMPULAN

Strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari sebuah sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Jenis-jenis strategi belajar mengajar adalah :
1.      Strategi pembelajaran ekspositori.
2.      Strategi pembelajaran inquiry.
3.      Strategi pembelajaran berbasis masalah.
4.      Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
5.      Strategi pembelajaran kooperatif.
6.      Strategi pembelajaran kontekstual.
7.      Strategi pembelajaran afektif.






DAFTAR PUSTAKA

http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/strategi-pembelajaran-afektif.html