STRATEGI PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR
Oleh Kelompok 4 :
1.
Widyaning Tyastutik (120210204032)
2.
Kurnia Herawati (120210204028)
3.
Nova Jessica Vannessa P (120210204030)
KELAS
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
STRATEGI
PEMBELAJARAN IPA DI SD
A. Definisi Strategi
Pembelajarn
Strategi
berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Strategi pembelajaran merupakan suatu serangkaian rencana kegiatan yang
termasuk didalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya
atau kekuatan dalam suatu pembelajaran.
Di dalam proses pembelajaran guru harus memiliki strategi agar siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan baik. Strategi pembelajaran didalamnya
mencakup pendekatan, model, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik.
Menurut
Sanjaya, (2007 : 126). Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa
(Sanjaya, 2007 : 126).
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa
di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana
kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang
jelas yang dapat diukur keberhasilannya
B. Komponen
Strategi Belajar Mengajar
Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari
sebuah sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses
belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara memprosesnya
dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin mencapai
suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan ketujuh komponen berikut
:
- Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan
acuan yang dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar.
Tujuan pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak
akan dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar berorientasi pada
dimensi kognitif.
- Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman
pengetahuan, kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan
hidup, maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan
dalam pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam program
pengajaran.
- Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar,
peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti
lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan
tingkat kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap peserta didik.
Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau
variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun
suatu strategi belajar-mengajar yang tepat.
- Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat
dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah
isi pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah,
sedangkan materi informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari
lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal
ini dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini
merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan dalam
strategi belajar-mengajar.
- Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran
yang perlu dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu,
karena ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi
belajar-mengajar.
- Media pengajaran. Media, termasuk sarana
pendidikan yang tersedia, sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi
belajar-mengajar. Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari
canggih atau tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan
keefektifan media yang digunakan oleh guru.
- Faktor administrasi dan finansial. Termasuk dalam
komponen ini ialah jadwal pelajaran, kondisi gedung dan ruang belajar,
yang juga merupakan hal-hal yang tidak boleh diabaikan dalam pemilihan
strategi belajar-mengajar.
C. Jenis – Jenis Strategi pembelajaran
1.)
Strategi
Pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi
kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru memegang peranan
yang sangat penting atau dominan.
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
Dengan menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
·
Keunggulan /Kelebihan Strategi Ekspositori
1.
Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa
mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat
mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
2.
Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat
efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
3.
Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa
dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga
sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan
demonstrasi).
4.
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Dari uraian
di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini
dilakukan melalui metode ceramah, namun
tidak berarti proses penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Karena itu
sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu guru harus merumuskan tujuan
pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini sangat penting untuk dipahami, karena
tujuan yang spesifik memungkinkan untuk bisa mengontrol efektivitas penggunaan
strategi pembelajaran.
·
Kelemahan Strategi Ekspositori
1.
Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat
dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara
baik, untuk siswa yang tidak memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan
strategi yang lain.
2.
Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan
setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta
perbedaan gaya belajar.
3.
Karena strategi lebih banyak diberikan melalui
ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan
sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
4.
Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat
tergantung kepada apa yang dimiliki guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa
percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan seperti
kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan kemampuan mengelola kelas, tanpa itu
sudah pasti proses pembelajaran tidak mungkin berhasil.
5.
Oleh karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran
lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman
siswa sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa
mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan guru.
2.)Strategi
Pembelajaran Ekspositori
Pembelajaran berbasis inquiry adalah strategi mengajar yang
mengkombinasikan rasa ingin tahu siswa dan metode ilmiah. Penggunaan strategi
ini untuk meningkatkan pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui
kegiatan belajar seperti pada bidang sains. Strategi pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).
Dikatakan demikian karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat
dominan dalam proses pembelajaran.
Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk membangkitkan rasa
ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui proses merumuskan pertanyaan,
merumuskan masalah, mengamati, dan menerapkan informasi baru dalam meningkatkan
pemahaman mengenai sesuatu masalah. Rasa ingin tahu itu terus ditumbuhkan untuk
meningkatkan semangat bereksplorasi sehingga siswa belajar secara aktif. Adapun
keunggulan dan kelemahan dari strategi penbelajaran inquiry yaitu :
·
Keunggulan /Kelebihan Strategi Pembelajaran Inquiry
1.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang
menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara
seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2.
Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka.
3.
Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai
dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4.
Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan
siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki
kemampuan belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam
belajar.
·
Kelemahan Strategi Pembelajaran
Inquiry
1.
Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan
sulit terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
2.
Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan
kebiasaan siswa dalam beljar.
3.
Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang
sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
4.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa
menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
inquiry ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran
tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari
dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai
fasilitator dan membimbing siswa untuk belajar.
3.)Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di dalam strategi pembelajaran berbasis masalah
ini terdapat 3 ciri utama;
1. Strategi pembelajaran berbasis
masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam
pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data
dan akhirnya menyimpulkannya.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan
masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah
tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan
metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Untuk
mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki
permasalahan yang dapat dipecahkan. Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM,
adalah:
1. Bahan pelajaran harus
mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber
dari berita, rekaman video, TV, dan lingkungan masyarakat.
2. Bahan yang dipilih
adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal),
sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih
merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa
sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih
sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.
·
Kelebihan / Kelemahan Strategi
Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Pemecahan masalah merupakan teknik
yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
2. Pemecahan masalah dapat menantang
kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru
bagi siswa.
3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan
aktivitas pembelajaran siswa.
4. Pemecahan masalah dapat membantu
siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata.
5. Pemecahan masalah dapat membantu
siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan.
6. Melalui pemecahan masalah dianggap
lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
8. Pemecahan masalah dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata.
9. Pemecahan masalah dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah harus dimulai dengan
kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru
membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan yang dirasakan oleh manusia
atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa, pada tahapan
ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada.
·
Kelemahan Strategi Pembelajaran
Berbasis Masalah
1. Manakala siswa tidak memiliki minat
atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Keberhasilan strategi pembelajaran
melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
3. Tanpa pemahaman mengapa mereka
berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
4.)Strategi Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan
kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing untuk proses
menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus
menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah
model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan
masalah. Jadi, dalam SPPKB ini siswa dituntut untuk mampu berpikir untuk
memecahkan masalah yang diajukan.
Dari uraian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung yaitu :
1.
SPPKB adalah model pembelajaran
yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berikir, artinya tujuan yang ingin
dicapai dari metode SPPKB adalah siswa bukan sekedar dapat mengausai sejumlah
materi pelajaran, tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan ide-ide atau
gagasan.
2.
Telaahan fakta-fakta sosial
atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan berpikir, artinya
pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan pada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan anak mendeskripsikan hasil
pengamatan terhadap berbagai fakta dan data yang diperoleh dalam kehidupan
sehari-hari, memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan
anak.
3.
Sasaran akhir SPPKB adalah
kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
5.)Strategi Pembelajaran Kooperatif
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan
sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap
kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut
menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Karli dan Yuliariatiningsih (2002: 72) mengemukakan kelebihan model
pembelajaran kooperatif, yaitu:
- Dapat melibatkan siswa secara
aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam
suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.
- Dapat mengembangkan aktualisasi
berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.
- Dapat mengembangkan dan melatih
berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-keterampilan sosial untuk
diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
- siswa tidak hanya sebagai obyek
belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi
tutor sebaya bagi siswa lainnya.
- siswa dilatih untuk bekerjasama,
karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan
kelompoknya.
- Memberi kesempatan kepada siswa
untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara
langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.
Penggunaan pembelajaran
kooperatif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, memiliki berbagai kelebihan
atau manfaat. Kelebihan berorientasi pada optimalnya kegiatan pembelajaran
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif melalui dukungan
guru dan siswa dalam pembelajaran.Selain kelebihannya, pendekatan pembelajaran kooperatif juga memiliki
kelemahan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lie (1999: 29) yaitu:
siswa yang dibagi dalam kelompok kemudian diberikan tugas. Akibatnya siswa
merasa ditinggal sendiri dan karena mereka belum berpengalaman, merasa bingung
dan tidak tahu bagaimana harus bekerjasama menyelesaikan tugas tersebut
sehingga menimbulkan kekacauan dan kegaduhan.
Berdasarkan pendapat sebelumnya, jelas bahwa di samping kelebihan atau
manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam model pembelajaran kooperatif,
juga terdapat kelemahan di mana hal tersebut menuntut kemampuan guru dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan mengawasi proses kerjasama
dalam belajar yang dilakukan oleh siswa.
Thabrany (1993: 94)
mengemukakan kelebihan atau keuntungan dan kekurangan kerja kelompok atau
pembelajaran kooperatif yaitu:
1) Kelebihan
pembelajaran kooperatif
Kelebihan
model pembelajaran kooperatif terdiri atas:
a) Dapat
mengurangi rasa kantuk dibanding belajar sendiri
Jika belajar sendiri sering
kali rasa bosan timbul dan rasa kantuk pun datang. Apalagi jika mempelajari
pelajaran yang kurang menarik perhatian atau pelajaran yang sulit. Dengan belajar bersama, orang
punya teman yang memaksa aktif dalam belajar. Demikian pula ada kesempatan
bersenda gurau sesedikit mungkin untuk mengalihkan kebosanan.
b) Dapat merangsang motivasi belajar
Melalui kerja kelompok, akan dapat menumbuhkan
perasaan ada saingan. Jika sudah menghabiskan waktu dan tenaga yang sama dan
ternyata ada teman yang mendapat nilai lebih baik, akan timbul minat
mengejarnya. Jika sudah berada di atas, tentu ingin mempertahankan agar tidak
akan dikalahkan teman-temannya.
c) Ada tempat
bertanya
Kerja secara kelompok, maka
ada tempat untuk bertanya dan ada orang lain yang dapat mengoreksi kesalahan
anggota kelompok. Belajar sendiri sering terbentur pada masalah sulit terutama
jika mempelajari sejarah. Dalam belajar berkelompok, seringkali dapat
memecahkan soal yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan sendiri. Ide teman dapat
dicoba dalam menyelesaikan soal latihan. Jika ada lima orang dalam kelompok
itu, tentu ada lima kepala yang mempunyai tingkat pengetahuan dan kreativitas
yang berbeda. Pada saat membahas suatu masalah bersama akan ada ide yang saling
melengkapi.
d) Kesempatan melakukan resitasi oral
Kerja kekompok, sering anggota kelompok harus berdiskusi dan menjelaskan
suatu teori kepada teman belajar. Inilah saat yang baik untuk resitasi. Akan
dijelaskan suatu teori dengan bahasa sendiri. Belajar mengekspresikan apa yang
diketahui, apa yang ada dalam pikiran ke dalam bentuk kata-kata yang diucapkan.
e) Dapat
membantu timbulnya asosiasi dengan perisitwa lain yang mudah diingat
Melalui kerja kelompok akan
dapat membantu timbulnya asosiasi dengan peristiwa lain yang mudah diingat.
Misalnya, jika ketidaksepakatan terjadi di antara kelompok, maka perdebatan
sengit tak terhindarkan. Setelah perdebatan ini, biasanya akan mudah mengingat
apa yang dibicarakan dibandingkan masalah lain yang lewat begitu saja. Karena
dari peristiwa ini, ada telinga yang mendengar, mulut yang berbicara, emosi
yang turut campur dan tangan yang menulis. Semuanya sama-sama mengingat di
kepala. Jika membaca sendirian, hanya rekaman dari mata yang sampai ke otak,
tentu ini dapat kurang kuat.
2) Kelemahan
model pembelajaran kooperatif atau kerja kelompok
Kelemahan penerapan model
pembelajaran kooperatif dalam suatu pembelajaran di sekolah yaitu:
a) Bisa menjadi tempat mengobrol atau gosip
Kelemahan yang senantiasa
terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol. Hal
ini terjadi jika anggota kelompok tidak mempunyai kedisiplinan dalam belajar,
seperti datang terlambat, mengobrol atau bergosip membuat waktu berlalu begitu
saja sehingga tujuan untuk belajar menjadi sia-sia.
b) Sering terjadi debat sepele di dalam
kelompok
Debat sepele ini sering terjadi di dalam kelompok.
Debat sepele ini sering berkepanjangan sehingga membuang waktu percuma. Untuk
itu, dalam belajar kelompok harus dibuatkan agenda acara. Misalnya, 25
menit mendiskusikan bab tertentu, dan 10 menit mendiskusikan bab lainnya.
Dengan agenda acara ini, maka belajar akan terarah dan tidak terpancing untuk
berdebat hal-hal sepele.
c) Bisa terjadi kesalahan kelompok
Jika ada satu anggota kelompok
menjelaskan suatu konsep dan yang lain percaya sepenuhnya konsep itu, dan
ternyata konsep itu salah, maka semua anggota kelompok berbuat salah. Untuk
menghindarinya, setiap anggota kelompok harus sudah mereview sebelumnya. Kalau
membicarakan hal baru dan anggota kelompok lain belum mengetahui, cari
konfirmasi dalam buku untuk pendalaman.
Model pembelajaran kooperatif
di samping memiliki kelebihan juga mengandung beberapa kelemahan apabila para
anggota kelompok tidak menyadari makna kerjasama dalam kelompok.
Oleh karena itu, Thabrany (1993: 96) menyarankan bahwa “agar kelompok
beranggotakan 3, 5 atau 7 orang, jangan lebih dari 7 dan sebaiknya tidak genap
karena dapat terjadi beberapa blok yang saling mengobrol, dan jangan ada yang
pelit artinya harus terbuka pada kawan”.
Kelebihan dan kelemahan dalam
penggunaan model pembelajaran kooperatif sebagai strategi mengajar guru, maka
hal tersebut dapat menjadi pertimbangan bagi guru dalam penggunaannya. Namun,
faktor profesionalisme guru menggunakan model tersebut sangat menentukan dan
kesadaran murid mengikuti pembelajaran melalui strategi kelompok. Sasaran
pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan belajar siswa sehingga penggunaan
model ini akan memungkinkan siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri dalam
belajar sesuai tuntutan materi pelajaran atau kurikulum.
6.)Strategi Pembelajaran Konstektual
Contoxtual Teaching Learning (CTL)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa yang mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa dapat diperoleh dari
usaha siswa mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika
ia belajar.
Pembelajaran CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran produktif yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning),
menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan
(modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
Landasan filosofi Contoxtual
Teaching Learning adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan
bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan . Konstruktivisme berakar pada filsafat
pragmatisme yang digagas oleh Jhon Dewey pada awal abad 20-an yang menekankan
pada pengembangan siswa.
Menurut Zahorik, ada lima elemen
yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual.
·
Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating learning).
·
Pemerolehan pemngetahuan yang sudah ada (acquiring knowledge) dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
·
Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun
(1) hipotesis (2) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat
tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu (3) konsep tersebut direvisi
dan dikembangkan.
·
Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge).
·
Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengetahuan
tersebut
Konsep Dasar Strategi Pembelajaran
Kontekstual
·
CTL menekankan pada keterlibatan
siswa dalam menemukan materi yang akan dipelajari melalui proses mengalami
secara langsung.
·
CTL mendorong siswa untuk menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari denggan situasi di kehidupan nyata
agar proses pembelajaran di sekolah menjadi bermaksa, fungsional, applicable,
dan tertanam erat dalam ingatan.
·
CTL mendorong siswa untuk menerapkan
apa yang telah dipelajari dalam kehidupan.
Kelebihan Strategi Pembelajaran Konstektual
1.
Pembelajaran menjadi lebih bermakna
dan riil. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan.
2.
Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Kekurangan
Strategi Pembelajaran Konstektual
1.
Tanggung jawab guru menjadi lebih
berat, yaitu bertanggungjawab untuk memahami siswa sesuai dengan proses belajar
dan tingkat perkembangannya, serta mengarahkan proses pembelajaran agar tidak
keluar dari indikator hasil belajar yang telah ditentukan.
7.)Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi pembelajaran afektif memang
berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan keterampilan. Afektif
berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu menyangkut
kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batas tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya
untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan membutuhkan
ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk
dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa menyimpulkan bahwa
sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan berbahasa atau sopan
santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan dalam keluarga dan
lingkungan keluarga.
Strategi
pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada
situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi
ini diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik.
·
Keunggulan/kelebihan:
a)
Mengajak siswa untuk menganalisis respons orang lain serta membuat kategori
dari setiap respons yang diberikan siswa
b)
Mendorong siswa untuk
merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa.
Siswa diajak berfikir keras dan harus dapat menjelaskan argumennya secara
terbuka serta dapat saling menghargai pendapat orang lain.
c)
Mengajak siswa untuk memandang
permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka
dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya
·
Kelemahan/kekurangan :
a) Proses pendidikan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan untuk pembentukan intelektual.
Sehingga keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran ditentukan oleh
kriteria kemampuan kognitif. Akibatnya upaya guru diarahkan kepada bagaimana
agar anak dapat mengetahui sejumlah pengetahuan sesuai dengan standard
kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk evaluasi yang
dilakukan baik evaluasi tingkat sekolah, tingkat wilayah maupun tingkat
nasional diarahkan kepada kemampuan anak dalam menguasai materi pelajaran.
contohnya pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan yang seharusnya
diarahkan kepada tingkat pembentukan moral dan sikap, tapi karena
keberhasilannya diukur dari kemampuan intelektual maka evaluasi pun lebih
banyak mengukur kemampuan penguasaan materi pelajaran dalam bentuk kognitif.
b) sulitnya melakukan kontrol
karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses pembiasaan maupun modeling
bukan hanya ditentukan oleh faktor guru tetapi juga faktor lain, terutama
faktor lingkungan.
c) keberhasilan pembentukan sikap
tidak dapat dievaluasi dengan segera. Berbeda dengan pembentukan aspek kognitif
dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui setelah proses
pembelajaran berakhir. Sementara keberhasilan pembentukan sikap dapat dilihat
dengan rentan waktu yang cukup panjang karena sikap berhubungan dengan
internalisasi nilai yang memerlukan proses yang lama.
d) pengaruh kemajuan tekhnologi,
khususnya kemajuan tekhnologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program
acara, berdampak pada pembentukan karakter anak. Tidak bisa kita pungkiri,
program televisi , misalnya yang banyak menanyangkan program acara produksi
luar yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Maka secara perlahan tapi
pasti budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya lokal merembes dalam
setiap relung kehidupan, menggeser nilai-nilai lokal sebagai nilai luhur yang
mestinya ditumbuhkembangkan, sehingga pada akhirnya membentuk norma baru yang
mungkin tidak sesuai dengan nilai dan norma masyarakat yang berlaku.
KESIMPULAN
Strategi pembelajaran merupakan
suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metode dan
pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa
di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana
kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam
upaya pencapaian tujuan.
Komponen strategi belajar mengajar merupakan
salah satu bagian dari sebuah sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam
menciptakan proses belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan
dalam pencapaian tujuan pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan
dan cara memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Jenis-jenis strategi belajar mengajar adalah :
1.
Strategi
pembelajaran ekspositori.
2.
Strategi
pembelajaran inquiry.
3.
Strategi
pembelajaran berbasis masalah.
4.
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir.
5.
Strategi
pembelajaran kooperatif.
6.
Strategi
pembelajaran kontekstual.
7.
Strategi
pembelajaran afektif.
DAFTAR PUSTAKA
http://moegrafis.blogspot.com/2011/05/strategi-pembelajaran-afektif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar