a.) Pengertian IPS dan Pentingnya IPS dalam
Pendidikan
b.) Hakikat
dan Tujuan IPS
Oleh Kelompok 1 :
1. Widyaning Tyastutik (
120210204032)
2.
Nur Aliyah (
120210204099)
3.
Yunita Asfuriani (
120210204156)
KELAS
B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
A.
Pengertian
IPS
Nama IPS dalam dunia pendidikan dasar di negara kita
muncul bersamaan dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP dan SMU tahun 1975.
Dilihat dari sisi keberlakuannya, IPS disebut sebagai bidang studi “baru”,
karena cara pandangnya bersifat terpadu. Hal tersebut mengandung arti bahwa IPS
bagi pendidikan dasar dan menengah merupakan hasil perpaduan dari mata
pelajaran geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi,
psikologi, dan sosiologi. Perpaduan ini disebabkan mata pelajaran tersebut
memiliki objek material kajian yang sama yaitu manusia. Dalam bidang
pengetahuan sosial, kita mengenal banyak istilah yang kadang-kadang dapat
mengacaukan pemahaman. Istilah
tersebut meliputi Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies)
dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk memperjelas penggunaan istilah
tersebut secara tepat, kita simak uraian berikut.
1. Ilmu
Sosial(Social Science)
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Ada bermacam-macam
aspek tingkah laku manusia dalam masyarakat, seperti aspek ekonomi,
sikap, mental, budaya, dan hubungan sosial. Studi khusus tentang
aspek-aspek tingkah laku manusia inilah
yang menghasilkan ilmu sosial, seperti ekonomi, ilmu hukum, ilmu politik,
psikologi, sosiologi, dan antropologi. Jadi setiap bidang keilmuan itu
mempelajari salah satu aspek tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat.
Ekonomi mempelajari aspek kebutuhan materi, antropologi mempelajari aspek budaya,
sosiologi mempelajari aspek hubungan sosial, psikologi mempelajari aspek
kejiwaan, demikian pula bidang keilmuan yang lain. Sedangkan yang menjadi obyek
materialnya adalah sama, yaitu manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Studi
Sosial(Social Studies)
Studi sosial bukan merupakan suatu bidang
keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang
pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja
pengkajiannya, studi sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan termasuk ilmu
sosial. Dapat
dikatakan bahwa studi sosial lebih memperlihatkan suatu bentuk gabungan ilmu
sosial. Tugas
studi sosial, sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat SD sampai ke
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, adalah membina warga masyarakat yang
mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial
dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Oleh karena itu materi
dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
3. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
Sejak tahun 1976 nama IPS telah menjadi
nama baku. Harus
diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di
Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali
dipergunakan sebagai nama sebuah Komite yaitu “Committee of Social Studies”
yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari lembaga itu adalah sebagai wadah
himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat
Sekolah Dasar dan Menengah, dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat
sama. Nama Komite itulah yang kemudian dipergunakan sebagai nama kurikulum yang
mereka hasilkan.
Pada waktu Indonesia memperkenalkan konsep
IPS, pengertian dan tujuannya tidaklah persis sama dengan Social Studies yang ada di Amerika Serikat.
Mengapa demikian? Karena
kondisi masyarakat Indonesia memang berbeda dengan kondisi masyarakat Amerika
Serikat. Ini
mengisyaratkan adanya penyesuaian-penyesuaian tertentu. Sebenarnya keadaan ini
sangat baik, karena setiap ide yang datang dari luar kita terima kalau memang
sesuai dengan kondisi masyarakat kita.
Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS
bahwa IPS sebagai pendekatan interdisipliner (Inter-disciplinary approach) dari
pelajaran Ilmu-ilmu sosial. IPS
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi,
antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik,
dan sebagainya. Mata pelajaran tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh
karena itu dipadukan menjadi satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Dengan demikian jelas bahwa IPS adalah fusi dari disiplin ilmu-ilmu
sosial. Pengertian
fusi di sini berarti bahwa IPS merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak
terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Dalam kepustakaan
kurikulum pendekatan terpadu tersebut dinamakan pendekatan “broadfield”. Dengan pendekatan
tersebut batas disiplin ilmu menjadi lebur, artinya terjadi sintesis antara
beberapa disiplin ilmu.
Dengan demikian sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu-ilmu
sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS
adalah teori, konsep dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial dengan
bidang keilmuannya dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun
alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS.
Sejarah Perkembangan
IPS di Indonesia
Bidang studi IPS yang masuk ke
Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat dengan nama asli di negara
asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam
kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah
abad setelah Revolusi Industri. Pada
pertengahan abad 18 di Inggris terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan
perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin. Revolusi industri
membawa perubahan yaitu mendatangkan kemakmuran bagi sebagian masyarakat
Inggris. Di
sisi lain Revolusi Industri menimbulkan paham kapitalisme dan dehumanisasi
yaitu manusia tidak dihargai sebagai manusia atau tidak memanusiakan manusia,
karena para industrialis lebih menghargai faktor produksi, modal, dan uang
daripada tenaga manusia. Setelah memperhatikan situasi tersebut maka Thomas
Arnold bermaksud menanggulangi proses dehumanisasi, dengan cara memasukkan
Social Studies ke dalam kurikulum di sekolahnya. Adapun tujuannya adalah agar
siswa mempelajari masalah interaksi manusia serta ikut berperan aktif dalam
kehidupan masyarakat (Poerwito,1991/1992:7).
Latar belakang dimasukkan Social
Studies dalam kurikulum sekolah di
Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi
penyebabnya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam
ras di antaranya adalah ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit
putih yang datang dari Eropa, dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk
dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Pada awalnya penduduk
Amerika Serikat yang multiras tersebut tidak menimbulkan masalah. Baru setelah
berlangsung perang saudara antara Utara dan Selatan atau yang dikenal dengan
Perang Budak yang berlangsung tahun 1861-1865. Amerika Serikat yang
telah menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk
yang multiras tersebut merasa kesulitan untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya
perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam.
Para pakar kemasyarakatan dan
pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multiras tersebut
menjadi merasa satu bangsa, yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh
adalah dengan memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di negara
bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal
abad 20, sebuah Komisi National dari The National Education Association
memberikan rekomendasi tentang perlunya Social Studies dimasukkan ke dalam
kurikulum semua Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah (selanjutnya disebut SD dan
SM) Amerika Serikat. Adapun wujud Social Studies ketika lahir merupakan semacam
ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan civics.
Faktor lain yang menyebabkan
dimasukkannya Social Studies ke dalam
kurikulum sekolah adalah keinginan para pakar pendidikan. Mereka menginginkan
agar setelah meninggalkan SD dan SM (1) para siswa menjadi warga negara yang
baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya. (2) para
siswa lulusan SD dan SM dapat hidup bermasyarakat secara seimbang dalam arti
memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar ilmu-ilmu sosial di
Perguruan Tinggi, tetapi harus sudah mendapat bekal pelajaran IPS di SD dan SM.
Pertimbangan lain dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum sekolah
adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi
IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa
SD dan SM, bahan bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan
masyarakat.Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa daripada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dalam ilmu-ilmu sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang
studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di
Inggris dan Amerika Serikat. Di
sekolah ini diberlakukan kurikulum lokal yang memiliki ciri-cirisebagai
berikut.
1. Penggabungan
SD dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) menjadi SD 8 Tahun.
2. Penggabungan
mata pelajaran sejenis, salah satunya adalah menjadi bidang studi IPS.
3. Pelaksanaan
sistem kredit yang memungkinkan siswa menyelesaikan program pendidikan tidak
secara klasikal melainkan secara individu.
Langkah pemerintah selanjutnya adalah melakukan
pembaharuan sistem pendidikan melalui Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
(PPSP). Proyek ini menyelenggarakan sekolah percobaan di delapan IKIP, yaitu
Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Ujung Pandang dan
Manado. Dalam kurikulum sekolah tersebut tercantum bidang studi IPS yang
merupakan perpaduan dari sejarah, geografi dan ekonomi; mulai dari SD sampai
Sekolah Menengah.
Dalam lingkup yang lebih luas, kemudian pemerintah
memberlakukan Kurikulum 1975 bagi semua SD dan SM. Dalam kurikulum ini
tercantum bidang studi IPS, mulai dari SD sampai SM. Secara singkat IPS
diartikan sebagai bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Untuk SD, IPS merupakan
perpaduan mata pelajaran sejarah,geografi dan ekonomi. Untuk SMP ditambah
kependudukan dan koperasi. Sedangkan
untuk SMA, IPS ditambah lagi Tata Buku dan Hitung Dagang.
Setelah Kurikulum 1975 dilaksanakan selama hampir sepuluh
tahun, pemerintah memberlakukan kurikulum baru yaitu Kurikulum 1984. Belajar dari pengalaman
implementasi Kurikulum 1975 yang tidak memungkinkan penggunaan IPS terpadu
untuk semua jenjang sekolah, maka dilakukan modifikasi. Pada Kurikulum 1984,
pengajaran IPS terpadu hanya dilaksanakan di SD, sedangkan di SMP digunakan
pendekatan IPS Terkait (korelasi), dan untuk SMA tidak lagi dikenal IPS terpadu
melainkan diajarkan secara terpisah sehingga muncullah mata pelajaran sejarah,
geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi dan tata negara yang berdiri sendiri.
Pada periode berikutnya, pemerintah memberlakukan
kurikulum baru lagi, yaitu Kurikulum 1994. Menurut Kurikulum 1994,
program pengajaran IPS di SD terdiri dari IPS Terpadu dan Sejarah Nasional. IPS terpadu adalah
pengetahuan yang bersumber dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan
ilmu politik yang mengupas tentang berbagai kenyataan dan gejala dalam
kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sejarah Nasional adalah pengetahuan mengenai
proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau sampai dengan masa
kini. Untuk tingkat SMP, IPS hanya mencakup bahan kajian geografi, ekonomi, dan
sejarah. Khusus mata pelajaran sejarah mencakup materi yang lebih luas yakni
mengenai proses perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia sejak
masa lampau hingga sekarang. Sedangkan untuk SMA, IPS tetap diajarkan secara
terpisah atau berdiri sendiri.
Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa untuk pertama kalinya mata pelajaran IPS muncul dalam kurikulum lokal
yang dikembangkan oleh sekolah Ibu Pakasi di Malang dan kemudian diuji cobakan
di delapan IKIP di Indonesia dan diimplementasikan secara nasional sejak
diberlakukannya Kurikulum 1975.
Alasan
Mempelajari IPS
PengajaranIPS sangat penting bagi jenjang pendidikan
dasar dan menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan
yang berbeda-beda. Pengenalan
mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh
lingkungan mereka tersebut. Sekolah
bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk mengenal masyarakat. Pengenalan siswa
melalui wahana luar sekolah mungkin masih bersifat umum, terpencar-pencar, dan
samar-samar. Oleh
karena itu agar pengenalan tersebut dapat lebih bermakna, maka bahan atau
informasi yang masih umum dan samar-samar tersebut perlu disistematisasikan.
Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan yang penting karena apa
yang telah diperoleh di luar sekolah dikembangkan dan diintegrasikan menjadi
sesuatu yang lebih bermakna di sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan siswa. Sesuai
dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu memahami keluasan dan
kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan
kepada masalah-masalah tersebut. Melalui
pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya. Selanjutnya diharapkan
bahwa mereka kelak mampu bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi.
Perlu disadari bahwa dunia sekarang telah mengalami
perubahan-perubahan yang sangat cepat di segala bidang. Kemajuan teknologi dan
informasi telah mengenalkan kita pada realitas lain dari sekedar realitas fisik
seperti yang sebelumnya kita rasakan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, transportasi, dan komunikasi hubungan antarnegara tetangga menjadi
lebih luas, karena dunia seakan-akan menjadi tetangga dekat. Dengan demikian
seolah-olah dunia “dipindahkan” ke ruang di dalam rumah sendiri. Dalam hal ini IPS
berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antara umat
manusia. Selain
itu juga IPS memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan pemahaman
sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan. Dengan kata lain, IPS
mendorong kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial.
Jadi alasan mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah adalah sebagai berikut.
1. Agar
siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah
dimiliki menjadi lebih bermakna.
2. Agar
siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara
rasional dan bertanggung jawab.
3. Agar
siswa dapat mempertinggi toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan
antarmanusia.
B.
Pentingnya
IPS dalam Pendidikan
Sebutan sebagai pengetahuan sosial atau resminya
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) baru diketahui secara formal ketika kita
bersekolah. Dengan demikian maka Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dianggap sebagai
ilmu yang mempelajari tentang manusia serta untuk mempolakan sejauh mana
manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok. Pada abad ke-20
ditandai dengan terjadinya perkembangan pesat pada berbagai bidang kehidupan,
seperti timbulnya ledakan penduduk, ledakan ilmu pengetahuan, dan ledakan teknologi.
Hal tersebut menimbulkan berbagai masalah di dalam masyarakat seperti:
1. Permasalahan
yang menyangkut pengorganisasian antara lain di bidang pemerintahan,
perundang-undangan, pendidikan, penyediaan keperluan hidup, kesehatan, dan
kesejahteraan.
2. Ketegangan-ketegangan
di dalam masyarakat baik dalam arti psikis maupun fisik (Misalnya keseimbangan
lingkungan, polusi, dan masalah lalu lintas).
3. Masalah
pertentangan dan kekaburan nilai.
Akibat dari hal-hal tersebut terjadi gejala
kehilangan pandangan menyeluruh, timbulnya spesialisasi yang makin intensif di
bidang ilmu pengetahuan, misalnya mengakibatkan ketidakpastian diri, terampas
rasa identitas individu, kehilangan nilai-nilai sosial dan tujuan etis.
Mata
pelajaran IPS diperlukan sebagai:
1. Pengalaman
hidup masa lampau dengan situasi sosialnya yang labil memerlukan masa depan
yang mantap dan utuh sebagai suatu bangsa yang bulat.
2. Laju
perkembangan kehidupan, teknologi, dan budaya Indonesia memerlukan kebijakan
pendidikan yang seirama dengan laju itu.
3. Agar
output persekolahan benar-benar lebih cocok dan sesuai serta bermanfaat.
4. Setiap
orang akan dan harus terjun ke dalam kancah kehidupan masyarakat. Oleh sebab
itu perlu disiapkan ilmu khusus, yaitu IPS. Dilihat dari pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana dunia pendidikan selalu tertinggal
dibandingkan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, maka IPS diperlukan
sebagai wadah ilmu pengetahuan yang mengharmoniskan laju perkembangan ilmu dan
kehidupan dalam dunia pengajaran. Sebab IPS mampu melakukan lompatan-lompatan
ilmu secara konsepsional untukkepentingan praktis kehidupan yang baru, sesuai
dengan perkembangan jaman.
IPS
oleh para pendirinya secara sengaja diciptakan dan dibina ke arah menuntun
generasi muda mampu hidup dalam alamnya (jaman dan lingkungannya) dengan bekal
pengetahuan yang baru. Karena IPS diarahkan demikian, maka susunan
konsep-konsep dalam IPS sungguh sangat kompleks dan bervariasi dari berbagai
cabang ilmu sosial. Keberhasilan
pengajaran sangat tergantung kepada “ketepatan pilihan dan susunan dari
konsep-konsep IPS, pendekatan, orientasi program dan pengajarannya serta
tingkat inovatifnya paraguru IPS itu sendiri. Sebab dalam dunia IPS, guru pada
akhirnya adalah sumber pembaharu yang paling aktual, yang tahu persis akan keadaan,
kebutuhan, serta permasalahan siswa serta masyarakatnya. IPS merupakan
perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu
sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial antara
lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi,
Ekonomi,Politik, dan Ekologi.
IPS
berusaha mengintegrasikan materi dari berbagai ilmu sosial denganmenampilkan
permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. IPS merupakan aspek penting dari
ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan untuk digunakandalam pengajaran
di sekolah. IPS bukan ilmu sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu
hubungan timbal balik di kalangan manusia. Ilmu-ilmu sosial
dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan manusia.misalnya melalui
penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan pembelajaran
dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah
dipelajari. Untuk
dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru
yang mengajar IPS mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran IPS, disamping
pengorganisasian, bahan pelajaran, dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
C.
Hakikat IPS
Hakikat
dari IPS terutama jika disorot dari anak didik adalah: Sebagai pengetahuan yang akan membina para generasi muda
belajar ke arah positif yakni mengadakan perubahan-perubahan sesuai kondisi
yang diinginkan oleh dunia modern atau sesuai daya kreasi pembangunan serta
prinsip-prinsip dasar dan sistem nilai yang dianut masyarakat serta membina
kehidupan masa depan masyarakat secara lebih cemerlang dan lebih baik untuk
kelak diwariskan kepada turunannya secara lebih baik. IPS sebagai paduan dari
sejumlah subjek (ilmu) yang isinya menekankan pembentukan warga negara yang
baik daripada menekankan isi dan disiplin subjek tersebut. Bidang pengajaran
IPS terutama akan berperan dalam pembinaan kecerdasan keterampilan,
pengetahuan, rasa tanggung jawab, dan demokrasi. Pokok-pokok persoalan yang
dijadikan bahan pembahasan difokuskan pada masalah kemasyarakatan Indonesia
yang aktual.
Apabila kita telaah dengan cermat, ilmu-ilmu sosial
dengan Humaniora dua kajian yang berbeda, namun berkenaan dengan obyek yang
sama, yaitu kehidupan manusia di masyarakat. IPS sendiri, mengintegrasikan
keduanya oleh karena itu ilmu pengetahuan sosial (IPS). Tidak lain adalah “mata
pelajaran atau mata kuliah yangmempelajari kehidupan sosial yang dikajinya
mengintegrasikan dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan “Humaniora”.
Selanjutnya, mungkin timbul pertanyaan dalam diri kita
masing-masing baik selaku guru maupun selaku warga masyarakat” mengapa IPS itu
harus dipelajari dan diajarkan kepada anak didik?” padahal pengetahuan sosial
itu sesungguhnya telah melekat dalam diri tiap orang, dan tidak asing bagi kita
semua. Memang, pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah dan kehidupan
sehari-hari, telah ada pada diri kita masing-masing. Namun hal tersebut belum
cukup, mengingat kehidupan bermasyarakat dengan segala persoalannya makin
berkembang. Untuk menghadapi kehidupan yang demikian itu pengetahuan sosial
yang diperoleh secara alamiah tadi tidak cukup di sini, pendidikan formal
khususnya pendidikan IPS di sekolah menjadi tuntutan yang tidak dapat
diabaikan.
Sebagai contoh:
setiap orang sejak lahir, tidak terpisahkan dari manusia
lain, khususnya dari orang tua, dan lebih khusus lagi dari ibu yang
melahirkannya. Sejak saat itu si bayi telah melakukan hubungan dengan orang
lain, terutama dengan ibunya dan anggota keluarga yang lainnya. Meskipun masih
sepihak, artinya dari orang-orang yang lebih tua terhadap dirinya, hubungan
sosial itu telah terjadi. Tanpa hubungan sosial dan bantuan dari anggota
keluarga lain, terutama dari ibunya, si bayi tidak berdaya dan tidak akan mampu
tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Selanjutnya dalam pertumbuhan
jasmani dan perkembangan rohani sesuai dengan penambahan umur, pengenalan serta
pengalaman seseorang (si bayi) terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya
makin berkembang dan meluas. Pengenalan manusia lain di luar dirinya, tidak
hanya terbatas pada orang-orang dalam keluarga, melainkan meliputi teman
sepermainan, para tetangga, warga kampung, dan demikian seterusnya. Hubungan
sosial yang dialami, makin meluas dari pengalaman, pengenalan serta hubungan
sosial tersebut, dalam diri seseorang akan tumbuh pengetahuan tentang
seluk-beluk hidup bermasyarakat. Berkenaan dengan kebutuhan tertentu
sifat-sifat orang lain, tempat yang pernah dikunjungi, hal-hal yang baik dan
buruk, hal-hal yang salah serta yang benar dalam hidup bermasyarakat.
Pengetahuan yang melekat pada diri seseorang termasuk yang melekat pada diri
kita masing-masing, dapat dirangkum sebagai “Pengetahuan Sosial”. Kelahiran
manusia yang kemudian diikuti oleh hubungan pergaulan, penjelajahan, pemenuhan
kebutuhan, dan lain sebagainya yang dialami dalam kehidupan di masyarakat serta
bermasyarakat telah membentuk pengetahuan sosial dalam diri kita masing-masing.
Dengan perkataan lain, dalam diri setiap orang tidak terkecuali, dengan kadar
yang berbeda baik kuantitatif maupun kualitatif, telah terbina pengetahuan
sosial. Hanya tentu saja berkenaan dengan namanya sangat tergantung pada
permintaan sekolah atau tidak. Sebutan sebagai pengetahuan sosial atau resminya
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, baru diketahui setelah secara
formal kita bersekolah.
D.
Tujuan IPS
Tujuan mempelajari ilmu pengetahuan
sosial di Indonesia untuk Memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk
mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan
yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya. Kemampuan
dan keterampilan, yaitu kemampuan untuk menemukan informasi yang tepat dan
teknik dalam pengalaman seorang siswa untuk menolongnya memecahkan
masalah-masalah baru atau menghadapi pengalaman baru. Tujuan yang bersifat
afektif, berupa pengembangan sikap-sikap, pengertian-pengertian dan nilai-nilai
yang akan meningkatkan pola hidup demokratis dan menolong siswa mengembangkan
filsafat hidupnya.
Tujuan pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), secara
umum dikemukakan oleh Fenton (1967), adalah mempersiapkan anak didik menjadi
warga negara yang baik, mengajar anak didik agar mempunyai kemampuan berpikir
dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsa, Sedangkan Clark dalam bukunya, Social
Studies in Secondary School, A Hand Book (1973) menyatakan bahwa studi sosial
menitikberatkan pada perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan
sosialnya, manusia dengan segala kegiatannya dan interaksi antarmereka. Dalam
hal ini anak didik diharapkan dapat menjadi anggota yang produktif,
berpartisipasi dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab,
tolong menolong dengan sesamanya, dan dapat mengembangkan nilai-nilai dan
ide-ide dari masyarakatnya (Thamrin Talut, 1980: 2).
Jadi tujuan utama pengajaran Social Studies (IPS) adalah
untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan
kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya
dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat
hidup yang lebih baik.
IPS sebagai komponen kurikulum sekolah merupakan
kesempatan yang baik untuk membina afeksi, kognisi, dan psikomotor pada anak
didik untuk menjadi manusia pembangunan Indonesia, dalam hal ini pengajaran IPS
berkewajiban membentuk tenaga kerja yang terampil dan berpendidikan. Jadi
tujuan Pendidikan Nasional Indonesia harus menciptakan manusia pembangunan yang
berkepribadian Pancasila, yakni manusia pembangunan yang tidak hanya sadar akan
kepentingan hidup masyarakat pada masa kini saja, tetapi juga memiliki
kesadaran dan perspektif kehidupan untuk masa yang akan datang. Selain itu
manusia pembangunan yang berkepribadian Pancasila harus memiliki wawasan hidup
dengan segala permasalahannya pada masa yang akan datang. Kondisi kepribadian
semacam itulah yang merupakan salah satu jaminan lancarnya pembangunan
Nasional.
Mengingat
hakikat IPS merupakan perpaduan pengetahuan dari pengetahuan dari ilmu-ilmu
sosial dan harus mencerminkan sifat interdisipliner, maka tujuan kurikuler
pengajaran IPS yang harus dicapai sekurang-kurangnya adalah sebagai berikut:
1.
Membekali anak
didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
2.
Membekali anak
didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3.
Membekali anak
didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan
berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.
4.
Membekali anak
didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.
5.
Membekali anak
didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan
teknologi (Nursid Sumaatmadja, 1980: 48).
Hal-hal
yang harus dicapai tujuan kurikuler pengajaran IPS di berbagai jenis dan
jenjang pendidikan harus selalu disesuaikan dengan kadar jenis dan jenjang
pendidikan masing-masing. Akhirnya, penjabaran lebih lanjut kurikuler yang
secara operasional harus dicapai dan dapat diukur pada proses belajar mengajar
adalah tujuan instruksional suatu bidang studi. Tujuan Instruksional merupakan
unsur yang fundamental dari tujuan yang bersifat umum dan tinggi kedudukannya.
Berdasarkan taksonomi tujuan pendidikan dari Bloom, tujuan instruksional dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu Cognitive Domain, Affective-Domain, dan Psychomotor
Domain. (Bloom Benjamin, 1956:6). Dalam ranah kognitif dapatlah dikatakan bahwa
pembahasan IPS mengenai manusia dan dunianya itu harus dapat dinalar supaya
dapat dijadikan alat pengambilan keputusan yang rasional dan tepat.
Jadi bahan kajian IPS bukanlah hal yang bersifat hafalan
belaka, melainkan konsep dan generalisasi yang diambil dari analisis tentang
manusia dan lingkungannya. Pengetahuan yang diperoleh dengan pengertian dan
pemahaman akan lebih fungsional. Perolehan pengetahuan dan pemahaman yang telah
dimiliki siswa diharapkan dapat mendorong tindakan yang berdasarkan nalar,
selanjutnya dapat diterapkan dalam kehidupannya. Nilai dan sikap merupakan hal
yang penting dalam ranah afektif, terutama nilai dan sikap terhadap masyarakat
dan kemanusiaan. Sebagai contohnya menghargai martabat manusia dan peka
terhadap perasaan orang lain, lebih-lebih lagi nilai dan sikap terhadap negara
dan bangsa.
Tujuan keterampilan yang dapat diraih dalam pengajaran
IPS sangatlah luas. Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan sudah barang
tentu juga meliputi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk memperoleh
pengetahuan, nilai, dan sikap.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Taufik.2006.Ilmu sosial dan tantangan zaman.jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
Soedarno,
P.1992.Ilmu Sosial Dasar.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar