Selasa, 25 Februari 2014

Perspektif Global _GNB







GERAKAN NON BLOK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK NEGARA BERKEMBANG



Oleh Kelompok 9 :
  1.              Kurnia Herawati                   (120210204028)
 2.              Widyaning Tyastutik            (120210204032)
 3.              Lika Intan Riskiani              (120210204132)

KELAS D



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER

2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Perspektif Global dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd.selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Perspektif Global yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.Serta semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Tugas yang diberikan kepada kami adalah membuat makalah materi Perspektif Global yang membahas tentang Gerakan Non Blok dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi ,dan Politik di Negara Berkembang. Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif Global  Semester II.
Kami berharap kesediaan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.


Jember, 09 April 2013

                         
                       Penyusun


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di sela-sela puing kehancuran akibat Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya yang saling berhadapan. Mereka berebut pengaruh terhadap negaranegara yang sedang berkembang agar menjadi sekutunya. Dua negara adidaya itu adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Persaingan kekuatan di antara dua blok itu mengakibatkan terjadinya Perang Dingin (the Cold War). Mereka saling berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem persenjataan. Setiap kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan. Akibatnya, situasi dunia tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau Perang Nuklir yang jauh lebih mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Menghadapi situasi dunia yang penuh konflik tersebut, Indonesia menentukan sistem politik luar negeri bebas aktif. Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia tersebut ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang disebut kelompok negara-negara Non Blok. Maka dari itu, penulis memilih judul “Gerakan Non Blok dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial , Ekonomi , dan Politik Negara Berkembang”.


1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1   Bagaimana sejarah Gerakan Non Blok?
1.2.2   Bagaimana dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara berkembang?
1.2.3   Bagaimana upaya mengatasi masalah pada negara berkembang ?
1.3  Tujuan dan Manfaat
1.3.1   Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Menjelaskan sejarah dari Gerakan Non Blok.
2.    Menjelaskan dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara berkembang.
3.    Menjelaskan upaya mengatasi masalah pada negara berkembang.

1.3.2   Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui sejarah dari Gerakan Non Blok.
2.    Mengetahui dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara berkembang.
3.    Mengetahui upaya mengatasi masalah pada negara berkembang.




BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Soedirman S.Eg.Mto (2008) menyatakan bahwa Gerakan Nonblok yaitu organisasi negara-negara yang tidak menganut paham blok barat maupun blok timur. Organisasi di blok barat dinamakan NATO ( Nort Atlantik Treaty Organization ). Anggota blok barat ialah Amerika Serikat, Belanda, Inggris , Italia, Jerman Barat, Perancis, dan Selandia Baru. Sedangkan organisasi blok timur disebut Pakta Warsawa .Anggota blok timur ialah Uni Sovyet, Cekoslovakia , Hongaria, Jerman Timur, Polandia, dan Rumania. Namun sekarang organisasi ini telah dibubarkan. Non Blok merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh negara berkembang yang mempunyai politik bebas aktif.
Menurut wakil Menteri Luar Negeri Iran Mohammad-Mehdi Akhoundzadeh (2012) menyatakan bahwa kerjasama antar negara-negara anggota GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia, dan terutama krisis yang mencengkeram dunia, terutama Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut P. Tan (2007) melaporkan bahwa dalam KTT Havana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan pernyataannya mengenai upaya negara berkembang dalam meningkatkan perekonomian. Sebab, masalah-masalah kemanusiaan akan dapat diatasi jika kesejahteraan masyarakat tercapai sementara di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, masih banyak rakyat yang hidup miskin. Presiden dalam kesempatan ini juga menyatakan agar negara maju dan kaya hendaknya lebih ramah dalam membantu negara berkembang, termasuk meningkatkan investasi, bertukar pengetahuan dan teknologi. Termasuk juga negara maju diharapkan mau membuka pasarnya untuk menerima impor barang dan hasil pertanian dari negara berkembang. Dan untuk negara-negara berkembang. Presiden Susilo mengingatkan bahwa masih banyak pencapaian yang harus dilakukan. Seperti melawan korupsi, memperbaiki sistem pemerintahan, mengolah sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas pendidikan.

2.2 Pembahasan
Kelahiran non blok tidak dapat dilepaskan dari situasi politik internasional pada saat itu yang diwarnai pertentangna antara blok timur dan blok barat serta kapitalis dan sosialis dalam kancah perang dingin. Negara – negara yang baru merdeka, termasuk Indonesia di hadapkan pada ancaman perang besar yaitu Perang Nuklir. Dalam perkembangannya Gerakan Non Blok merupakan bentuk emansipasi politik negara – negara tersebut untuk menciptakan dunia yang aman, bebas dari perang, kemiskinan, keterbelakangan dan lepas dari belenggu penjajahan. Ketika perang dingin berakhir, muncul pertanyaan masikah Gerakan Non Blok relevan ketika Blok Barat dan Blok Timur sudah tidak ada lagi ? sebagai salah satu pendiri Gerakan Non Blok, Indonesia terdorong untuk membuktikan bahwa Gerakan Non Blok masih sangat relevan pada abad XXI. Hal – hal yang telah menjadi tema perjuangan Gerakan Non Blok sejak 1961 masih tetap relevan. Hal ini karena keterbelakangan serta kesenjangan ekonomi dan pembangunan masih tetap menjadi permasalahn saat ini.


2.2.1 Sejarah Gerakan Non Blok
Gagasan untuk membentuk gerakan Nonblok sesungguhnya sudah muncul pada tahun 1948 ketika Presiden Joseph Broz Tito dari Yugoslavia mengunjungi negara mesir, India, Indonesia, Myanmar, dan Ghana. Saat berkunjung ke Mesir Yoseph Broz Tito mengadakan pembicaraan dengan presiden Gamal Abdul Naser. Pembicaraan kedua tokoh tersebut menghasilkan gagasan tentang perlunya penyelenggaraan koferensi bagi negara-negara yang memiliki sikap Nonblok. Gagasan itu berkembang pada saat dilaksanakan konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Saat konferensi ini berlangsung hal pokok yang dibicarakan ialah tentang rencana pembentukan suatu organisasi yang bersifat tidak terikat dan memihak pada salah satu Blok yang sedang terlibat perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan sekutunya masing – masing .
Menyikapi hal itu presiden Yoseph Broz Tito ( Yugozlavia), presiden Gamal Abdul Naser ( Mesir) , dan perdana menteri India Jawaharlal Nehru mengadakan pertemuan di Belgrade dan kemudian mengusulkan pembentukan Gerakan Nonblok. Gagasan ketiga tokoh tersebut kemudian dibahas bersama-sama dengan presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah pada bulan September 1961 ketika menghadiri pembukaan sidang umum PBB di New York.
Ketegangan antara Blok barat dan Blok timur tahun 1961 semakin memuncak. Ketegangan antara kedua Blok tersebut semakin dipertegas dengan dibangunnya tembok yang membelah kota Berlin dan terjadinya krisis di Kubah setelah Uni Soviet membangun pangkalan militer di Kubah. Peristiwa tersebut memotivasi negara – negara Nonblok untuk segera menyelenggarakan pertemuan di Kairo, Mesir tahun 1961 sebagai bentuk persiapan menuju Konferensi Tingkat Tinggi pertama Gerakan Nonblok. Pertemuan di Kairo ini menghasilkan kesepakatan tentang lima prinsip dasar Grekan Non Blok yang memuat perhatian untuk menyikapi praktik kolonialisme dan tindakan arogan negara – negara super power (Adidaya).
Prinsip – prinsip Gerakan Non Blok adalah :
1.      Berpihak terhadap perjuangan anti kolinialisme
2.      Menolak untuk ikut serta dalam berbagai aliansi militer
3.      Menolak aliansi bilateral terhadap negara berkekuatan suore ( super power country)
4.      Tidak memihak terhadap blok barat ataupun blok timur
5.      Menolak pembangunan pangkalan militer oleh negara Adidaya diwilayahnya masing – masing.
Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika I di Bandung dipandang sebagai pendahulu untuk berdirinya Gerakan Non Blok. Konferensi itu telah mampu menghasilkan prinsip – prinsip perdamaian dalam bentuk kerjasama internasional, kebebasan atau kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan negara yang diperlukan untuk kesejahteraan hidup manusia.
Non Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika yag dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Isi Dasasila Bandung adalah :
1.    Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan serta asas-asas dalam piagam PBB.
2.    Menghargai kedaulatan dan integritas territorial semua bangsa.
3.    Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa.
4.    Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah dalam negeri negara lain.
5.    Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual atau kolektif sesuai dengan piagam PBB.
6.    a. tidak mempergunakan peraturan dari pertahanan kolektif untuk                                               bertindak bagi kepentinga salah satu negara besar.
b.  tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7.    Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atas kemerdekaan politik suatu negara.
8.    Menyelesaikan segala konflik internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum dengan cara damai lain menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
9.    Memajukan kepentingan bersama dengan kerjasama internasional.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.

Tokoh penggegas Gerakan Non Blok
1.      Presiden Soekarno (Indonesia)
2.      Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
3.      Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
4.      Perdana Menteri Pandit Jawa Haral Mehru (India)
5.      Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)


Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok :
a.    KTT I GNB ( 1 – 6 September 1961 ) di Beogrd, Yugoslavia, pelaksanaan KTT 1 GNB ini didorong oleh keadaan Krisis Kuba. Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara dan menghasilkan deklarasi Beograd yang intinya menyerukan untuk menghentikan perang dingin dan mendamaikan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keputusan KTT 1 GNB melalui presiden Soekarno dan presiden Menibo Keita ( dari Mali ) disampaikan kepada presiden F. Kennedy ( presiden Amerika Serikat ). Sedangkan PM Nehru ( India ) dan presiden Kuame Nkrumah ( Ghana ) menyampaikan kepada PM Kruschev ( Perdana Mentri Uni Soviet.
b.    KTT II GNB ( 5 – 10 Oktober 1964 ) di Kairo, Mesir. Pada KTT II GNB ini diikuti oleh 47 negara serta 10 peninjau lainnya antara lain sekretaris jenderal organisasi persatuan Afrika dan Liga Arab. Masalah perkembangan dan masalah ekonomi juga mendapat perhatian pada KTT II GNB.
c.    KTT III GNB ( 8 – 10 September 1970 ) di Lusaka, Zambia. Negara peserta yang hadir ada 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini adalah perlunya upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara berkembang.
d.   KTT IV GNB ( 5 – 9 September 1973 ), di Algiers, Aljazair. KTT IV GNB ini membahas tentang peningkatan kerjasama dan saling pengertian antara negara – negara ynag sedang berkembang serta berusaha meradakan ketegangan di Timur Tengah pergolakkan di Rhodesia, dan bagian – bagian Afrika lainnya.
e.    KTT V GNB ( 16 – 19 September 1976 ) di Kolombo, Sri Langka pada KTT V GNB ini membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman perang nuklir dan berusaha memajukan negara – negara Non Blok.
f.     KTT VI GNB ( 3 – 9 September 1979 ) di Havana, Kuba. KTT bertujuan untuk memperjuangkan bantuan ekonomi baginnegara – negara Non Blok dan menggiatkan perang PBB dalam tata ekonomi dunia baru.
g.    KTT VII GNB ( 7 – 12 Maret 1983 ) di New Delhi, India. KTT menghasilkan seruan dilaksanakannya dempkrasi tahta ekonomi yakni dihapuskannya poteksonisme oleh negara maju.
h.    KTT VIII GNB ( 1 – 6 September 1986 ) di Harane, Zimbabue. KTT kali ini menghasilkan seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta membahas sengketa Irak Iran.
i.      KTT IX GNB ( 4 – 7 September 1989 ) di Beograd, Yugoslavia. KTT yang dihadiri oleh 102 negara ini berhasil membahas kerja sama Selatan – Selatan ( Antar negara berkembang ).
j.      KTT X GNB ( 1 – 6 September 1992 ) di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri oleh 108 negara ini berhasil merumuskan “ Pesan Jakarta “ ( Jakarta Message ) antara lain berusaha menggalang kerjasama Selatan – Selatan dan Utara Selatan.
k.    KTT XI GNB ( 16 – 22 Oktober 1995 ) di Cartagena, Kolombia. KTT ini dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan restrekturisasi dan demokratisasi di PBB.
l.      KTT XII GNB ( 1 – 6 September 1998 ) di Durban, Afrika Selatan. KTT XII GNB ini dihadiri oleh 113 negara bertujuan memperjuangkan demokratisasi di dalam hubungnan Internasional.
m.  KTT XIII GNB ( 20 – 25 Februari 2003 ) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi KTT GNB Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak dan Korea Utara , atas sebutan sebagai poros kejahatan (axis of evil) oleh Washington.
n.    KTT GNB XIV ( 11 – 16 September 2006 ) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi yang mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengritik kebijakan Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak kepada negara kecil dan berkembang.
o.    KTT GNB XV (11-16 Juli 2009 )  di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghasilkan sebuah Final Document yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB tentang semua isu dan permasalahan internasional dewasa ini. KTT ke - 15 GNB menegaskan perhatian GNB atas krisis ekonomi dan moneter global, perlunya komunitas internasional kembali pada komitmen menjunjung prinsip-prinsip pada Piagam PBB, hukum internasional, peningkatan kerja sama antara negara maju dan berkembang untuk mengatasi berbagai krisis.
p.    KTT GNB ke-16 berakhir pada 31 Agustus 2012 dan menghasilkan berbagai kesepakatan dalam sebuah deklarasi final, di antaranya; dukungan terhadap program nuklir sipil Iran, penolakan sanksi sepihak Amerika Serikat anti-Iran, dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina, memerangi Islamphobia, rasisme, dan pemusnahan senjata nuklir.
Tujuan Gerakan Nonblok
a.    Mengembangkan rasa solidaritas diantara negara anggota dengan jalan membantu perjuangan negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.
b.    Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat melawan Uni Soviet dalam perang dingin.
c.    Berusaha membendung pengaruh negatif baik Blok Barat maupun Blok Timur kenegara – negara anggota Gerakan Non Blok.
d.   Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan politik agar tidak tertinggal dari negara maju.
Peran Indonesia dalam Gerakan Non Blok
Indonesia berperan penting dalam Gerakan Non Blok, beberapa peran Indonesia antara lain sebagai berikut :
1.    Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan Gerakan Non Blok.
2.    Indonesia menjadi pemimpin Gerakan Non Blok tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.
3.    Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai Negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia haurs dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.  Selain itu diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.   Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan segala bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas dan aktif itu, selain sebagai salah satu Negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan commited  pada prinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampu menentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.


2.2.2 Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial,ekonomi, dan politik negara berkembang
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok mencari perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintahan global dan mewujudkan adanya rasa optimisme bahwa Gerakan Non Blok dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas.Pentingnya Gerakan Non-Blok terletak pada kenyataan bahwa Gerakan Non Blok merupakan gerakan internasional terbesar kedua, setelah  Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial negara berkembang Gerakan Non Blok dapat mewujudkan eratnya hubungan kerjasama antara negara satu dengan negara lain. Gerakan Non Blok juga berupaya untuk melestarikan lingkungan hidup, yaitu mengurangi pencemaran terhadap air, udara, dan tanah serta menghindarkan perusakan tanah dan perusakan hutan. Sehingga meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi negara berkembang.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan ekonomi negara berkembang
Kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non Blok dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia, dan terutama kriris yang mencengkeram dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yanh lebih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. Gerakan Non Blok dapat membuat perekonomian negara-negara anggota Non Blok berjalan lancar tanpa hambatan. Jadi Gerakan Non Blok ini meningkatkan program ke arah tata ekonomi dunia.

Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan politik negara berkembang.
Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasi. Gerakan Non Blok juga membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid.

Kendala atau masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Gerakan Non Blok
Meskipun Negara-Negara anggota Gerakan Non Blok sendiri berupaya memegang teguh prinsip-prinsip dan cita-cita yang dianut oleh Gerakan Non Blok sebagaimana tertuang dalam Dasa sila Bandung, namun bukan berarti bahwa selama ini tidak ada masalah-masalah internal dalam Gerakan Non Blok.
Diantara masalah-masalah yang menonjol adalah adanya berbagai perselisihan yang terjadi diantara Negara-Negara anggota Gerakan Non Blok sendiri.
Perselisihan antara Negara anggota tertentu  itu, selain mengganggu suasana kerjasama internal Gerakan Nonblok, juga adakalanya menghambat jalannya sidang-sidang Gerakan Nonblok. Disadari pula adanya kesulitan dalam mencapai kesepakatan untuk hal-hal tertentu yang disebabkan juga oleh penerapan prinsip konsensus secara kaku.




2.2.3 Upaya mengatasi masalah pada negara berkembang
·         Visi Gerakan Non Blok untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai, stabil dan makmur sebagaimana telah ditetapkan di Bali tahun lalu harus direalisasikan. Peran GNB dalam menciptakan tata kelola global (global governance) yang efektif dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia.
·         GNB harus mendorong peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik, menciptakan perdamaian dan mencegah potensi konflik
·         Gerakan Non Blok harus dapat mendorong terbangunnya institusi demokrasi di tingkat global yang menjamin demokrasi, kebebasan, perdamaian, moderasi serta kemakmuran dapat berjalan dan tumbuh berkembang secara bersama.
·         Pentingnya GNB untuk membangun institusi demokrasi yang memungkinkan dibangunnya pembangunan politik yang sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
·         Pembangunan global harus adil, tidak boleh ada satu negara pun yang tertinggal. Kemakmuran harus menjadi milik semua negara dan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
·         Dalam bidang ekonomi, selama menjadi Ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin dan pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
BAB 3. PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Gerakan Non Blok merupakan bentuk emansipasi politik negara – negara tersebut untuk menciptakan dunia yang aman, bebas dari perang, kemiskinan, keterbelakangan dan lepas dari belenggu penjajahan. Pendiri dari Gerakan Non Blok ini antara lain adalah Presiden Soekarno (Indonesia), Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia), Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir), Perdana Menteri Pandit Jawa Haral Mehru (India), Presiden Kwame Nkrumah (Ghana). Prinsip – prinsip Gerakan Non Blok adalah, berpihak terhadap perjuangan anti kolinialisme, menolak untuk ikut serta dalam berbagai aliansi militer, menolak aliansi bilateral terhadap negara berkekuatan suore ( super power country), tidak memihak terhadap blok barat ataupun blok timur, menolak pembangunan pangkalan militer oleh negara Adidaya diwilayahnya masing – masing. Gerakan Non Blok ini menimbulkan banyak dampak di negara berkembang, yaitu di bidang sosial, ekonomi dan politik, yang menjadikan negara berkembang kebih baik dari sebelumnya. Tetapi untuk mencapai semua ini juga dihadapkan dengan masalah dan kendala dalam pelaksanaan Gerakan Non Blok tersebut.


3.2  Saran
GNB haruslah tetap proaktif dalam menghadapi perkembangan internasional yang terutama berdampak pada anggota GNB, dengan harapan GNB tidak tersisih tetapi justru berada di pusat proses pengambilan keputusan tingkat internasional. Disamping itu GNB hendaknya memacu anggotanya untuk memperkuat kemapuan nasionalnya agar terjadi peningkatan kelenturan individu dan kolektif; meningkatkan kerjasama selatan-selatan pada semua hubungan tertama politik, social, budaya, ekonomi, dan ilmu pengetahuan; konstruktif dengan harapan dapat mewujudkan tujuan dari GNB.



  
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, Sunardi, Herjunanto, N., Rahmawaty,P., dan Tri,B.2008.IPS.Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.islamtimes.org/vdcew78zejh8opi.rabj.html
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar