GERAKAN
NON BLOK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK NEGARA BERKEMBANG
Oleh Kelompok 9 :
1. Kurnia Herawati (120210204028)
2.
Widyaning
Tyastutik (120210204032)
3.
Lika Intan
Riskiani (120210204132)
KELAS D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Perspektif Global dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Prof. Dr. H.M. Sulthon Masyhud, M.Pd.selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Perspektif Global yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.Serta
semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam
penyusunan makalah ini.
Tugas yang diberikan kepada kami adalah membuat
makalah materi Perspektif Global yang membahas tentang Gerakan
Non Blok dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi ,dan Politik di
Negara Berkembang.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Perspektif
Global Semester II.
Kami berharap kesediaan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan tugas selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.
Jember, 09 April 2013
Penyusun
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di sela-sela puing kehancuran akibat
Perang Dunia II, muncullah dua negara adidaya yang saling berhadapan. Mereka
berebut pengaruh terhadap negaranegara yang sedang berkembang agar menjadi
sekutunya. Dua negara adidaya itu adalah
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Persaingan kekuatan di antara dua blok itu
mengakibatkan terjadinya Perang Dingin (the Cold War). Mereka saling
berhadapan, bersaing, dan saling memperkuat sistem persenjataan. Setiap
kelompok telah mengarahkan kekuatan bomnya ke negara lawan. Akibatnya, situasi
dunia tercekam oleh ketakutan akan meletusnya Perang Dunia III atau Perang
Nuklir yang jauh lebih mengerikan dibandingkan Perang Dunia I dan Perang Dunia
II. Menghadapi situasi dunia yang penuh konflik tersebut, Indonesia menentukan
sistem politik luar negeri bebas aktif. Prinsip kebijaksanaan politik luar
negeri Indonesia tersebut ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara
sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk suatu
kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur.
Kelompok inilah yang disebut kelompok negara-negara Non Blok. Maka dari itu, penulis memilih judul “Gerakan Non Blok
dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial , Ekonomi , dan Politik Negara
Berkembang”.
1.2
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1 Bagaimana
sejarah Gerakan Non Blok?
1.2.2 Bagaimana
dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara
berkembang?
1.2.3 Bagaimana upaya mengatasi masalah pada negara berkembang
?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah
:
1. Menjelaskan
sejarah dari Gerakan Non Blok.
2. Menjelaskan
dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara
berkembang.
3. Menjelaskan upaya mengatasi masalah pada negara
berkembang.
1.3.2 Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui sejarah dari
Gerakan Non Blok.
2. Mengetahui dampak
Gerakan Non Blok terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik negara
berkembang.
3. Mengetahui upaya mengatasi masalah pada negara berkembang.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Soedirman S.Eg.Mto
(2008) menyatakan bahwa Gerakan Nonblok yaitu organisasi negara-negara yang
tidak menganut paham blok barat maupun blok timur. Organisasi di blok barat
dinamakan NATO ( Nort Atlantik Treaty Organization ). Anggota blok barat ialah
Amerika Serikat, Belanda, Inggris , Italia, Jerman Barat, Perancis, dan
Selandia Baru. Sedangkan organisasi blok timur disebut Pakta Warsawa .Anggota
blok timur ialah Uni Sovyet, Cekoslovakia , Hongaria, Jerman Timur, Polandia,
dan Rumania. Namun sekarang organisasi ini telah dibubarkan. Non Blok merupakan
suatu organisasi yang dibentuk oleh negara berkembang yang mempunyai politik
bebas aktif.
Menurut wakil Menteri
Luar Negeri Iran Mohammad-Mehdi Akhoundzadeh (2012) menyatakan
bahwa kerjasama antar negara-negara anggota
GNB dapat memiliki dampak positif pada situasi ekonomi dunia, dan terutama
krisis yang mencengkeram dunia, terutama Eropa dan Amerika Serikat.
Menurut P. Tan (2007)
melaporkan bahwa dalam KTT Havana Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono memberikan pernyataannya mengenai upaya negara berkembang dalam
meningkatkan perekonomian. Sebab, masalah-masalah kemanusiaan akan dapat
diatasi jika kesejahteraan masyarakat tercapai sementara di Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya, masih banyak rakyat yang hidup miskin.
Presiden dalam kesempatan ini juga menyatakan agar negara maju dan kaya
hendaknya lebih ramah dalam membantu negara berkembang, termasuk meningkatkan
investasi, bertukar pengetahuan dan teknologi. Termasuk juga negara maju
diharapkan mau membuka pasarnya untuk menerima impor barang dan hasil pertanian
dari negara berkembang. Dan untuk negara-negara berkembang. Presiden Susilo
mengingatkan bahwa masih banyak pencapaian yang harus dilakukan. Seperti
melawan korupsi, memperbaiki sistem pemerintahan, mengolah sumber daya alam,
dan meningkatkan kualitas pendidikan.
2.2 Pembahasan
Kelahiran non blok tidak dapat
dilepaskan dari situasi politik internasional pada saat itu yang diwarnai
pertentangna antara blok timur dan blok barat serta kapitalis dan sosialis
dalam kancah perang dingin. Negara – negara yang baru merdeka, termasuk Indonesia
di hadapkan pada ancaman perang besar yaitu Perang Nuklir. Dalam
perkembangannya Gerakan Non Blok merupakan bentuk emansipasi politik negara –
negara tersebut untuk menciptakan dunia yang aman, bebas dari perang,
kemiskinan, keterbelakangan dan lepas dari belenggu penjajahan. Ketika perang
dingin berakhir, muncul pertanyaan masikah Gerakan Non Blok relevan ketika Blok
Barat dan Blok Timur sudah tidak ada lagi ? sebagai salah satu pendiri Gerakan
Non Blok, Indonesia terdorong untuk membuktikan bahwa Gerakan Non Blok masih
sangat relevan pada abad XXI. Hal – hal yang telah menjadi tema perjuangan
Gerakan Non Blok sejak 1961 masih tetap relevan. Hal ini karena keterbelakangan
serta kesenjangan ekonomi dan pembangunan masih tetap menjadi permasalahn saat
ini.
2.2.1 Sejarah Gerakan Non
Blok
Gagasan untuk membentuk gerakan
Nonblok sesungguhnya sudah muncul pada tahun 1948 ketika Presiden Joseph Broz
Tito dari Yugoslavia mengunjungi negara mesir, India, Indonesia, Myanmar, dan
Ghana. Saat berkunjung ke Mesir Yoseph Broz Tito mengadakan pembicaraan dengan
presiden Gamal Abdul Naser. Pembicaraan kedua tokoh tersebut menghasilkan
gagasan tentang perlunya penyelenggaraan koferensi bagi negara-negara yang
memiliki sikap Nonblok. Gagasan itu berkembang pada saat dilaksanakan
konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Saat konferensi ini berlangsung
hal pokok yang dibicarakan ialah tentang rencana pembentukan suatu organisasi
yang bersifat tidak terikat dan memihak pada salah satu Blok yang sedang
terlibat perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dengan sekutunya
masing – masing .
Menyikapi hal itu presiden
Yoseph Broz Tito ( Yugozlavia), presiden Gamal Abdul Naser ( Mesir) , dan
perdana menteri India Jawaharlal Nehru mengadakan pertemuan di Belgrade dan
kemudian mengusulkan pembentukan Gerakan Nonblok. Gagasan ketiga tokoh tersebut
kemudian dibahas bersama-sama dengan presiden Republik Indonesia Ir. Soekarno
dan Perdana Menteri Ghana Kwame Nkrumah pada bulan September 1961 ketika
menghadiri pembukaan sidang umum PBB di New York.
Ketegangan antara Blok barat
dan Blok timur tahun 1961 semakin memuncak. Ketegangan antara kedua Blok
tersebut semakin dipertegas dengan dibangunnya tembok yang membelah kota Berlin
dan terjadinya krisis di Kubah setelah Uni Soviet membangun pangkalan militer
di Kubah. Peristiwa tersebut memotivasi negara – negara Nonblok untuk segera
menyelenggarakan pertemuan di Kairo, Mesir tahun 1961 sebagai bentuk persiapan
menuju Konferensi Tingkat Tinggi pertama Gerakan Nonblok. Pertemuan di Kairo
ini menghasilkan kesepakatan tentang lima prinsip dasar Grekan Non Blok yang
memuat perhatian untuk menyikapi praktik kolonialisme dan tindakan arogan
negara – negara super power (Adidaya).
Prinsip – prinsip Gerakan Non
Blok adalah :
1.
Berpihak terhadap
perjuangan anti kolinialisme
2.
Menolak untuk ikut
serta dalam berbagai aliansi militer
3.
Menolak aliansi
bilateral terhadap negara berkekuatan suore ( super power country)
4.
Tidak memihak
terhadap blok barat ataupun blok timur
5.
Menolak pembangunan
pangkalan militer oleh negara Adidaya diwilayahnya masing – masing.
Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika I di Bandung dipandang
sebagai pendahulu untuk berdirinya Gerakan Non Blok. Konferensi itu telah mampu
menghasilkan prinsip – prinsip perdamaian dalam bentuk kerjasama internasional,
kebebasan atau kemerdekaan, serta hubungan antar bangsa dan negara yang
diperlukan untuk kesejahteraan hidup manusia.
Non Blok didirikan berdasarkan
prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi
Asia-Afrika yag dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung. Isi Dasasila Bandung
adalah :
1. Menghormati hak-hak dasar manusia
dan tujuan serta asas-asas dalam piagam PBB.
2. Menghargai kedaulatan dan integritas
territorial semua bangsa.
3. Mengakui persamaan ras dan persamaan
semua bangsa.
4. Tidak melakukan intervensi atau
campur tangan masalah dalam negeri negara lain.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk
mempertahankan diri secara individual atau kolektif sesuai dengan piagam PBB.
6. a. tidak mempergunakan peraturan
dari pertahanan kolektif untuk
bertindak bagi kepentinga salah satu negara besar.
b. tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
7. Tidak melakukan tindakan atau
ancaman agresi atau penggunaan kekerasan terhadap integritas territorial atas
kemerdekaan politik suatu negara.
8. Menyelesaikan segala konflik
internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase
atau penyelesaian hukum dengan cara damai lain menurut pilihan pihak-pihak yang
bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
9. Memajukan kepentingan bersama dengan
kerjasama internasional.
10. Menghormati hukum
dan kewajiban-kewajiban internasional.
Tokoh penggegas
Gerakan Non Blok
1.
Presiden Soekarno (Indonesia)
2.
Presiden Joseph Broz Tito (Yugoslavia)
3.
Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir)
4.
Perdana Menteri Pandit Jawa Haral Mehru (India)
5.
Presiden Kwame Nkrumah (Ghana)
Pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non
Blok :
a.
KTT I GNB ( 1 – 6 September 1961 ) di Beogrd,
Yugoslavia, pelaksanaan KTT 1 GNB ini didorong oleh keadaan Krisis Kuba.
Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara dan menghasilkan deklarasi Beograd yang
intinya menyerukan untuk menghentikan perang dingin dan mendamaikan antara
Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keputusan KTT 1 GNB melalui presiden Soekarno
dan presiden Menibo Keita ( dari Mali ) disampaikan kepada presiden F. Kennedy
( presiden Amerika Serikat ). Sedangkan PM Nehru ( India ) dan presiden Kuame
Nkrumah ( Ghana ) menyampaikan kepada PM Kruschev ( Perdana Mentri Uni Soviet.
b.
KTT II GNB ( 5 – 10 Oktober 1964 ) di Kairo, Mesir.
Pada KTT II GNB ini diikuti oleh 47 negara serta 10 peninjau lainnya antara
lain sekretaris jenderal organisasi persatuan Afrika dan Liga Arab. Masalah
perkembangan dan masalah ekonomi juga mendapat perhatian pada KTT II GNB.
c.
KTT III GNB ( 8 – 10 September 1970 ) di Lusaka,
Zambia. Negara peserta yang hadir ada 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini
adalah perlunya upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara
berkembang.
d.
KTT IV GNB ( 5 – 9 September 1973 ), di Algiers,
Aljazair. KTT IV GNB ini membahas tentang peningkatan kerjasama dan saling
pengertian antara negara – negara ynag sedang berkembang serta berusaha
meradakan ketegangan di Timur Tengah pergolakkan di Rhodesia, dan bagian –
bagian Afrika lainnya.
e.
KTT V GNB ( 16 – 19 September 1976 ) di Kolombo, Sri
Langka pada KTT V GNB ini membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman
perang nuklir dan berusaha memajukan negara – negara Non Blok.
f.
KTT VI GNB ( 3 – 9 September 1979 ) di Havana, Kuba.
KTT bertujuan untuk memperjuangkan bantuan ekonomi baginnegara – negara Non
Blok dan menggiatkan perang PBB dalam tata ekonomi dunia baru.
g.
KTT VII GNB ( 7 – 12 Maret 1983 ) di New Delhi, India.
KTT menghasilkan seruan dilaksanakannya dempkrasi tahta ekonomi yakni dihapuskannya
poteksonisme oleh negara maju.
h.
KTT VIII GNB ( 1 – 6 September 1986 ) di Harane,
Zimbabue. KTT kali ini menghasilkan seruan dihapuskannya politik Apartheid di
Afrika Selatan serta membahas sengketa Irak Iran.
i.
KTT IX GNB ( 4 – 7 September 1989 ) di Beograd,
Yugoslavia. KTT yang dihadiri oleh 102 negara ini berhasil membahas kerja sama
Selatan – Selatan ( Antar negara berkembang ).
j.
KTT X GNB ( 1 – 6 September 1992 ) di Jakarta,
Indonesia. KTT yang dihadiri oleh 108 negara ini berhasil merumuskan “ Pesan
Jakarta “ ( Jakarta Message ) antara lain berusaha menggalang kerjasama Selatan
– Selatan dan Utara Selatan.
k.
KTT XI GNB ( 16 – 22 Oktober 1995 ) di Cartagena,
Kolombia. KTT ini dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan
restrekturisasi dan demokratisasi di PBB.
l.
KTT XII GNB ( 1 – 6 September 1998 ) di Durban, Afrika
Selatan. KTT XII GNB ini dihadiri oleh 113 negara bertujuan memperjuangkan
demokratisasi di dalam hubungnan Internasional.
m. KTT
XIII GNB ( 20 – 25 Februari 2003 ) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi KTT GNB
Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak dan Korea
Utara , atas sebutan sebagai poros kejahatan (axis of evil) oleh Washington.
n.
KTT GNB XIV ( 11
– 16 September 2006 ) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi yang mengutuk
serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran, mengritik
kebijakan Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar lebih berpihak
kepada negara kecil dan berkembang.
o.
KTT GNB XV (11-16
Juli 2009 ) di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghasilkan sebuah
Final Document yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB tentang semua isu
dan permasalahan internasional dewasa ini. KTT ke - 15 GNB menegaskan perhatian
GNB atas krisis ekonomi dan moneter global, perlunya komunitas internasional
kembali pada komitmen menjunjung prinsip-prinsip pada Piagam PBB, hukum
internasional, peningkatan kerja sama antara negara maju dan berkembang untuk
mengatasi berbagai krisis.
p.
KTT GNB ke-16 berakhir pada 31 Agustus 2012 dan
menghasilkan berbagai kesepakatan dalam sebuah deklarasi final, di antaranya;
dukungan terhadap program nuklir sipil Iran, penolakan sanksi sepihak Amerika
Serikat anti-Iran, dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina, memerangi
Islamphobia, rasisme, dan pemusnahan senjata nuklir.
Tujuan Gerakan
Nonblok
a.
Mengembangkan rasa solidaritas diantara negara anggota
dengan jalan membantu perjuangan negara berkembang dalam mencapai persamaan,
kemerdekaan, dan kemakmuran.
b.
Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan
pengaruh Amerika Serikat melawan Uni Soviet dalam perang dingin.
c.
Berusaha membendung pengaruh negatif baik Blok Barat
maupun Blok Timur kenegara – negara anggota Gerakan Non Blok.
d.
Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya
dan politik agar tidak tertinggal dari negara maju.
Peran Indonesia dalam
Gerakan Non Blok
Indonesia berperan penting dalam
Gerakan Non Blok, beberapa peran Indonesia antara lain sebagai berikut :
1. Presiden Soekarno adalah satu dari
lima pemimpin dunia yang mendirikan Gerakan Non Blok.
2. Indonesia menjadi pemimpin Gerakan
Non Blok tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadi ketua GNB.
Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta.
3. Indonesia juga berperan penting
dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi
bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai Negara netral yang tidak
memihak. Hal tersebut tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa
“kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan
diatas dunia haurs dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”. Selain itu diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan
aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya membantu
tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan segala
bangsa.
Sebagai implementasi dari politik
luar negeri yang bebas dan aktif itu, selain sebagai salah satu Negara pendiri
GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan commited pada prinsip-prinsip
dan aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk
mampu menentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap
perubahan yang terjadi.
2.2.2 Dampak Gerakan Non Blok terhadap kehidupan
sosial,ekonomi, dan politik negara berkembang
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok mencari
perdamaian yang berkelanjutan melalui pemerintahan global dan mewujudkan adanya rasa
optimisme bahwa Gerakan Non Blok dapat
memainkan peran yang sangat penting dalam mempromosikan perdamaian dan
stabilitas.Pentingnya Gerakan Non-Blok terletak
pada kenyataan bahwa Gerakan Non Blok merupakan gerakan
internasional terbesar kedua, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dampak Gerakan Non Blok terhadap
kehidupan sosial negara berkembang Gerakan Non Blok dapat mewujudkan eratnya hubungan
kerjasama antara negara satu dengan negara lain. Gerakan Non Blok juga berupaya
untuk melestarikan lingkungan hidup, yaitu mengurangi pencemaran terhadap air,
udara, dan tanah serta menghindarkan perusakan tanah dan perusakan hutan.
Sehingga meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi negara berkembang.
Dampak Gerakan Non Blok terhadap
kehidupan ekonomi negara berkembang
Kerjasama antar negara-negara anggota Gerakan Non Blok dapat memiliki
dampak positif pada situasi ekonomi dunia, dan terutama kriris yang
mencengkeram dunia. Dengan menciptakan tata hubungan ekonomi Internasional yanh
lebih seimbang, dan memperluas partisipasi negara-negara berkembang dalam
proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi dunia. Gerakan
Non Blok dapat membuat perekonomian negara-negara anggota Non Blok berjalan
lancar tanpa hambatan. Jadi Gerakan Non Blok ini meningkatkan program ke arah
tata ekonomi dunia.
Dampak Gerakan Non Blok terhadap
kehidupan politik negara berkembang.
Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I
mencetuskan prinsip politik bersama, yaitu bahwa politik berdasarkan
koeksistensi damai, bebas blok, tidak menjadi anggota persekutuan militer dan
bercita-cita melenyapkan kolonialisme dalam
segala bentuk dan manifestasi. Gerakan Non Blok juga membantu Afrika Selatan
dalam menghapus politik Apartheid.
Kendala atau
masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Gerakan Non Blok
Meskipun Negara-Negara anggota
Gerakan Non Blok sendiri berupaya memegang teguh prinsip-prinsip dan cita-cita
yang dianut oleh Gerakan Non Blok sebagaimana tertuang dalam Dasa sila Bandung,
namun bukan berarti bahwa selama ini tidak ada masalah-masalah internal dalam
Gerakan Non Blok.
Diantara masalah-masalah yang
menonjol adalah adanya berbagai perselisihan yang terjadi diantara Negara-Negara
anggota Gerakan Non Blok sendiri.
Perselisihan antara Negara
anggota tertentu itu, selain mengganggu
suasana kerjasama internal Gerakan Nonblok, juga adakalanya menghambat jalannya
sidang-sidang Gerakan Nonblok. Disadari pula adanya kesulitan dalam mencapai
kesepakatan untuk hal-hal tertentu yang disebabkan juga oleh penerapan prinsip
konsensus secara kaku.
2.2.3 Upaya mengatasi masalah pada negara berkembang
·
Visi Gerakan Non Blok
untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai, stabil dan makmur
sebagaimana telah ditetapkan di Bali tahun lalu harus direalisasikan. Peran GNB dalam
menciptakan tata kelola global (global governance) yang efektif dalam
menciptakan perdamaian dan keamanan dunia.
·
GNB harus mendorong
peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam menyelesaikan konflik, menciptakan
perdamaian dan mencegah potensi konflik
·
Gerakan Non Blok harus
dapat mendorong terbangunnya institusi demokrasi di tingkat global yang
menjamin demokrasi, kebebasan, perdamaian, moderasi serta kemakmuran dapat berjalan dan tumbuh berkembang secara bersama.
·
Pentingnya GNB untuk
membangun institusi demokrasi yang memungkinkan dibangunnya pembangunan politik
yang sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
·
Pembangunan global
harus adil, tidak boleh ada satu negara pun yang tertinggal. Kemakmuran harus
menjadi milik semua negara dan masyarakat di seluruh penjuru dunia.
·
Dalam
bidang ekonomi, selama menjadi Ketua GNB, Indonesia juga secara konsisten telah
mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-negara miskin dan pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
BAB 3. PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Gerakan Non Blok merupakan
bentuk emansipasi politik negara – negara tersebut untuk menciptakan dunia yang
aman, bebas dari perang, kemiskinan, keterbelakangan dan lepas dari belenggu
penjajahan. Pendiri dari Gerakan Non Blok ini antara lain adalah Presiden
Soekarno (Indonesia), Presiden
Joseph Broz Tito (Yugoslavia), Presiden
Gamal Abdul Nasser (Mesir), Perdana
Menteri Pandit Jawa Haral Mehru (India), Presiden
Kwame Nkrumah (Ghana). Prinsip – prinsip
Gerakan Non Blok adalah, berpihak terhadap perjuangan anti kolinialisme, menolak
untuk ikut serta dalam berbagai aliansi militer, menolak aliansi bilateral
terhadap negara berkekuatan suore ( super power country), tidak memihak
terhadap blok barat ataupun blok timur, menolak pembangunan pangkalan militer
oleh negara Adidaya diwilayahnya masing – masing. Gerakan Non Blok ini
menimbulkan banyak dampak di negara berkembang, yaitu di bidang sosial, ekonomi
dan politik, yang menjadikan negara berkembang kebih baik dari sebelumnya.
Tetapi untuk mencapai semua ini juga dihadapkan dengan masalah dan kendala
dalam pelaksanaan Gerakan Non Blok tersebut.
3.2
Saran
GNB haruslah
tetap proaktif dalam menghadapi perkembangan internasional yang terutama
berdampak pada anggota GNB, dengan harapan GNB tidak tersisih tetapi justru
berada di pusat proses pengambilan keputusan tingkat internasional. Disamping
itu GNB hendaknya memacu anggotanya untuk memperkuat kemapuan nasionalnya agar
terjadi peningkatan kelenturan individu dan kolektif; meningkatkan kerjasama
selatan-selatan pada semua hubungan tertama politik, social, budaya, ekonomi,
dan ilmu pengetahuan; konstruktif dengan harapan dapat mewujudkan tujuan dari
GNB.
DAFTAR PUSTAKA
Sutarto, Sunardi, Herjunanto, N., Rahmawaty,P., dan
Tri,B.2008.IPS.Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional.
http://www.islamtimes.org/vdcew78zejh8opi.rabj.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar